Pusat Pengelolahan Bambu Di Kabupaten Nagekeo Dengan Tema Eko Arsitektur
DOI:
https://doi.org/10.37478/teknosiar.v14i2.1151Abstract
Sejalan dengan perkembangan jaman, kebutuhan kayu untuk konstruksi dan mebel semakin langka dan mahal. Maka dari itu muncul ide-ide dasar untuk mencari alternatif pengganti kayu untuk konstruksi dan mebel. Bambu adalah alternatifnya. Namun perlu di lakukan proses pengawetan agar menghasilkan bambu yang kuat dan tahan lama. VSD (Vertical Soak Diffusion) merupakan proses pengawetan bambu dengan menggunakan borax yang ramah lingkungan. Selain VSD, sekarang sering dijumpai produk-produk bambu komposit atau lebih dikenal bambu laminasi. Bambu laminasi merupakan proses pembuatan bilah-bilah bambu menjadi balok-balok bambu dengan menggunakan mesin-mesin tertentu. Kabupaten Nagekeo adalah salah satu daerah agro-industri bambu di Pulau Flores. Sebagai daerah agro-industri bambu, pemerintah Kabupaten Nagekeo harus bisa memanfaatkan potensi bambu di wilayahnya sendiri agar bisa bermanfaat bagi mereka sendiri, baik untuk peningkatan pendapatan daerah maupun penyediaan lapangan pekerjaan. Sehingga perlu ada sebuah wadah milik pemerintah untuk mengelolah bambu di Kabupaten Nagekeo. Dalam ilmu arsitektur, pemanfaatan potensi dalam suatu wilayah sering di sebut eko-arsitektur. Eko-artsitektur secara umum merupakan disiplin ilmu perancangan arsitektur yang berwawasan lingkungan dan pemanfaatan potensi wilayah. Perencanaan dan perancangan pusat pengelolahan bambu di Kabupaten Nagekeo dengan tema eko-arsitektur ini penulis menggunakan metode penelitian berupa wawancara, observasi, studi pustaka/literature dan studi banding. Pada hasil rancangannya, pusat pengelolahan bambu di Kabupaten Nagekeo dengan tema eko-arsitektur ini menerapkan beberapa kaidah-kaidah eko-arsitektur yakni penekanan pada penggunaan material bambu, pemanfaatan sumber air sungai sekitar tapak sebagai sumber air bersih, penggunaan solar panel untuk energi listrik, pemanfaatan material ramah lingkungan dan tetap membiarkan kontur dalam keadaan alami.
Downloads
Keywords:
: Bambu, VSD, Bambu Laminasi, Kabupaten Nagekeo, Eko-arsitekturReferences
Anonim. 2002. Bamboo Connections Seite 1 von 23.
Aris Zainurrahman. 2011. Jurnal Perancangan Pusat Pengembangan Riset dan Teknologi Bambu Tema: Focus On Material, Universitas Islam Negeri Malik Maulana Ibrahim. Malang.
Frick H, Tri Hesti Mulyani, 2006, Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Frick, Heinz. 1998. Dasar-dasar Eko-arsitektur., Penerbit ; Kanisius. Jakarta
Frick. Heinz, 2000. Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Universitas Soegijapranata, Semarang.
Gumangan, Nars. 2008. Bamboo Connections In Philippines
Jules J.A. Janssen, 1987, National Bamboo Project in Costa Rica from till 1995
ISO 22156 (2004).Bamboo – Structure Design and ISO 22157-1: 2004 (E) Bamboo – Determination of physical and mechanical properties – Part 1: Requirements and Part 2: Laboratory manual. INBAR – 2004.
Jurnal Universitas Pembangunan Jaya #1 Volume 1 Maret 2014
Krisdianto, G. Sumarni dan A. Ismanto. 2000. Sari Hasil Penelitian Bambu. Dalam Sari Hasil Penelitian Rotan dan Bambu. Puslitbang Hasil Hutan. Bogor.
Kosasih, Dahlan. Jurnal Tegnologi Bambu. Departemen Teknik Sipil. 2016
Metallinou. 2006. Bamboo Structure. Thailand.
Mustakim et al. Paper Semenar Nasional. 2009. Bambu Sebagai Material yang berkelanjutan dan Affordable untuk Perumahan.
Modul Konstruksi Bambu. 2011. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Morisco, 2004, Bambu Sebagai Bahan Bangunan Ramah Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, UGM Yogyakarta.
Morisco and Mardjono, F.,1996, Strengh of Filled Bamboo Joint : 113-120. In Rao, I.V.R, Shastry, C.B., Ganapathy, P.M. and Jansen, Bamboo, People and the Environment, Volume 3, Engineering and Utilization, INBAR, EBF, Government of the Netherlands, IPGRI, IDRC.
Morisco, 1999, Pengembangan Metode Boucherie Untuk Pengawatan Bambu, Media Teknik, No. 1 Tahun XXI Edisi Februari, pp. 46-49, Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta.
Morisco. Bambu sebagai Bahan Rekayasa, Pidato Pengukuhan Jabatan Lektor Kepala Madya dalam Bidang Ilmu Teknik Sipil, Fakultas Teknik UGM.1996.
Nur Hafid, Ahmad., Modul Konstruksi Bambu. Universitas Sembelas Maret Surakarta, 2011.
Sulastiningsih, I.M., 2012. Teknik Pembuatan Bambu Lamina. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.
Syukron, Helmi., Pengelolaan Bambu di Kota Malang. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.2014
Penelitian Hayati. 2008. Puslitbang Hasil Hutan. Bogor.
Poerwadaminta, 1976:735. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
Purwito, Prosiding PPI Standardisasi 2008. Bahan Bangunan Puslitbang Permukiman. Departemen Pekerjaan Umum. 25 November 2008
Puslitbang 3. 2003. Teknologi Hasil Hutan, Bogor.
Yeang, Ken, 2006, Ecodesign : A Manual for Ecological Design, John Wiley and Sons
Yuniarti, Karnita. Teknologi Budidaya dan Pengelolahan Rotan dan Bambu. Makalah Hasil-Hasil Penelitian Balai Litbang Kehutanan Bali-Nusa Tenggara. Kupang, 12 Desember 2006
Widjaja, E.A. Bamboo Diversity in Flores Island. Dalam Simbolon, H. (penyunting). The Natural resources of Flores Island. Biodity Research Series 2: 38-50
Widjaja, E. A. 2001. Identikit Jenis-jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil. Bogor: Herbarium Bogoriense, Balitbang Botani, Puslitbang Biologi-LIPI.
Zain Nur Muntoha. 2011. Jurnal Eksplorasi Bambu dalam Arsitektur. Universitas Islam Negeri Maulik Ibrahim. Malang.